Malam jum’at,
dimalam yang penuh barokah tersebut ada sesuatu yang baru yang membuat suasana
malam yang sudah indah dengan iringan pembacaan yaasin, tahlil, dan sejarah
Rasulullah SAW dalam kitab maulid “simtuddiror” menjadi lebih indah lagi dengan
opening kegiatan “Ngaji bersama Rektor INI DALWA” yang langsung dipimpin oleh
rektor Al-Habib Segaf bin Hasan Baharun M.H.I.
Inti dari apa
yang beliau sampaikan malam itu adalah permasalahan adab/tata krama yang saat
ini telah mengalami degradasi yang tajam dikalangan pemuda, yang karena adanya
realita tersebut maka Indonesia seakan berada di bibir jurang kehancuran,
karena itu bahagialah kita selaku Mahasiswa yang berjiwa santri yang mempunyai
titik perbedaan diantara mahasiswa-mahasiswa biasa berupa pengarahan tentang
adab dan tata krama serta adanya pengawasan dari murobbi (Guru Besar) yang
senantiasa membimbing dan menunjukkan mana yang benar dan salah.
Lalu beliau
mengungkapkan tentang ma’na dari suluk yang artinya adalah tarbiyah yang
berkaitan dengan perilaku dan hati, dan suluk inilah sarana yang paling banyak
mengantarkan manusia ke derajat wali. Berangkat dari ini semuanya, sudah
seyogyanya kita sebagai komunitas yang dicintai Allah SWT dan RasulNya berusaha
dengan sekuat tenaga mempertahankan nikmat yang begitu besar tersebut karena
saat ini kita tinggal di lingkungan yang pas untuk meraih cinta Allah SWT dan
RasulNya dengan menggabungkan ilmu yang kita dapat di pondok yang membuat kita
semakin takut kepada Allah SWT dan ilmu formal yang membuat kita jadi sosok
yang dibutuhkan di masyarakat.
Dan salah satu
kunci yang paling besar untuk meraih itu semua adalah dengan selalu meminta
taufiq dan hidayah kepada Allah SWT di setiap do’a yang kita panjatkan, agar kita
senantiasa mendapat kemuliaan menjadi penyambung lidah Rasul yang akan
menyebarkan dakwahNya.
Ada juga
kunci-kunci lain yang diberikan oleh salafuna saleh untuk mendapat kemuliaan
dan kebahagiaan, yang diantaranya:
1.
Melestarikan sifat tawadlu’
Dengan sifat tawadlu’ maka kita dengan akan mudah menjauhi
penyakit-penyakit hati seperti hasud, riya’, sombong dll. Diantara contoh
tawadlu’ yang diajarkan oleh para auliya’ adalah apa yang ditunjukkan oleh
Habib Zen bin Smith yang ketika beliau mendapat “pujian-pujian yang kalian lontarkan itu tidak
ada di aku seluruhnya, bahkan aku tak lebih dari anak kecil ini”, padahal
seperti kita ketahui beliau adalah tokoh yang sudah tidak di ragukan lagi
kapabilitasnya, tapi beliau tetap melestarikan sifat tawadlu’, lalu juga
nasehat dari Muassis Ma’had Abuya Hasan bin Ahmad Baharun yang ditujukan kepada
Ustad Segaf bin Hasan Baharun , yaitu kalimat “Jadilah dan merasalah sebagai
orang yang hidup terburuk didunia, karena dengan itu kita akan bisa hidup
nyaman”.
Diakhir, beliau juga mendoakan agar kegiatan ini bisa istiqomah dan
menjadi majlis dan perkumpulan yang ada dihati Rasulullah SAW.
Bangil,
9 Februari 2015
1 komentar:
Write komentarVideonya di uploud po'o
Reply