Seiring
berputarnya waktu, saat ini kita lihat betapa terpuruk dan terpojoknya kita
oleh para kaum orientalis, liberalis maupun sekte-sekte lain yang ingin merusak
kita dari luar maupun dalam. Hal ini seakan menjadi momok nyata bagi kita yang
seolah tidak berdaya dan sulit berbuat dalam menghadapi gangguan mereka.
Diantara
factor yang membuat kita kalah dan tertinggal adalah dikarenakan betapa
lemahnya kita sebagai kaum muslimin didalam bidang penulisan baik itu dalam
bentuk buku, artikel, makalah maupun karya tulis lainnya.
Padahal
sejarah mencatat bahwa islam pernah menguasai peradaban di masa lampau dan
menjadi bangsa yang terhebat dizaman tersebut adalah karena hebat dan unggulnya
islam di bidang tulis menulis.
Namun
saat ini survey menunjukkan bahwa produktivitas kaum muslimin khususnya warga
nahdiyin hamper dikatakan nihil, karena riset membuktikan bahwa buku baru yang
masuk ke toko-toko buku setiap bulannya hanya 14 % saja buku yang berhubungan dengan
masalah agama, dan persentase yang sudah kecil itupun masih terbagi antara
golongan Nahdiyyin dan sekte-sekte sesat lainnya.
Yang
harus kita sadari saat ini adalah betapa pentingnya tulis-menulis sebagai media
da;wah yang paling konkrit dan cepat di era ini, karena itulah kita sebagai
santri harus mulai masuk dan menjelajah didunia tulis menulis agar islam bias
kembali jaya seperti sedia kala.
Ditambah
lagi dengan semakin banyaknya tokoh Ahlussunnah Wal Jamaah yang masuk ke dunia
tulis menulis, mulai dari Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, Habib Zain bin
Sumaith, Syekh Ramadah Al-Buthi hingga Habib Segaf bin Hasan Baharun.
Berangkat
dari hal-hal diatas, maka sudah menjadi keharusan bagi kita untuk menelusuri
dan meniru jejak beliau yang telah berhasil didalam da’wahnya, baik itu
kesuksesan mereka melalui mimbar maupun pena.
Berikut
diantara tips sukses para ulama’ dalam dunia tulis menulis, yaitu :
11.
Orientasi
dalam menulis itu semata-mata hanya mencari ridlo Allah dan cinta dari
Rasulullah
22.
Motivasi
dalam menulis bukan hanya untuk income duniawi, tapi haruslah berorientasi
untuk mencari bekal akhirat, karena memang tulis-menulis adalah salah satu dari
amal yang tidak akan terputus amalnya walaupun telah meninggal, Rasulullah
bersabda :
اذا مات ابن ادام انقطع عمله الا من ثلاث : صداقة جارية, او علم
ىينتفع به, او ولد صالح يدعوله
Artinya : Ketika anak adam meninggal
dunia, maka akan terputuslah amalnya, kecuali pada 3 perkara : Shodaqoh
jariyah, ilmu yang bemanfaat dan anak saleh yang mendoakan kedua orang tuanya.
33.
Tidak
pernah kosong waktunya dari membaca dan menulis
Sejarah
mengungkap bahwa orang yang sibuk dalam suatu bidang, maka pastinya ia akan
menjadi seorang ahli di bidang tersebuat, karena itulah orang yang menguasai
bidang penulisan. Dan untuk menjadi penulis yang cakap dan berkapabilitas
haruslah memiliki bekal yang banyak, dan sarana yang paling baik untuk
mengumpulkan bekal tersebut adalah dengan selalu kontinyu dalam membaca
dimanapun dan kapanpun, terutama ketika ada waktu luang, bahkan Sayyid Muhammad
bin Alawi Al-Maliki seperti diceritakan oleh para muridnya tidak akan tidur
kecuali setelah membaca kitab.
M.Ilham Bayhaqi